Kajian Feminisme pada Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer
Keperawananku Hilang Karena Pendidikanku
Feminisme merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan
gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Feminis memiliki makna lebih luas dari pada emansipasi. Feminisme
menggabungkan posisi bahwa masyarakat memprioritaskan sudut pandang laki-laki,
dan bahwa perempuan diperlakukan secara tidak adil di dalam masyarakat
tersebut. Feminisme sebagai jembatan untuk
menuntut persamaan hak antara perempuan dengan laki-laki, supaya perempuan juga
memiliki hak yang sama seperti laki-laki tidak selalu berada di bawah laki-laki.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mendapatkan keadilan bagi kaum perempuan,
gerakan feminisme juga sudah sering terjadi di masyarakat. Banyak tokoh yang
menyuarakan pendapatnya mengenai kesetraan gender, salah satunya dengan karya
sastra.
Salah satu sastrawan yang menulis
tentang feminisme adalah Pramoedya Ananta Toer dengan salah satu novelnya yang
berjudul Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Novel ini adalah novel yang menceritakan keprihatinan seorang Pramoedya
atas pelecehan terhadap perawan remaja Indonesia khususnya yang berada di
daerah Jawa pada masa penjajahan Jepang. Penganiayaan terhadap
perempuan-perempuan yang seharusnya dapat melahirkan generasi penerus bangsa,
penganiayaan terhadap fisik dan mentalnya. Tidak ada pengampunan bagi gadis
yang berasal dari mana pun, perawan remaja dijadikan alat pemuas para militer
Jepang. Para gadis dijadikan budak seksual, pada waktu itu tidak ada yang bisa
menolak.
Dilihat dari persoalannya, tokoh mana yang paling
banyak berhubungan dengan permasalahan. Tokoh aku dengan permasalahan kesenjangan
sosial. Keadaan
yang tergambar dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
karya Pramoedya Ananta Toer merupakan kisah pada masa pemerintahan Jepang di
Indonesia. Ketika Jepang menjajah negara Indonesia. Pada tahun 1942, pada masa
itu kehidupan penduduk pribumi sangat memprihatinkan. Pada saat itu masyarakat
pribumi dalam keadaan sangat miskin. Kesenjangan sosial antara kaum pribumi dengan
pemerintah Jepang menyebabkan pemerintah Jepang memperlakukan masyarakat
pribumi dengan seenaknya.
Para perempuan pribumi dijadikan budak seksual oleh militer Jepang. Tokoh
aku
dalam novel menceritakan tentang kehidupan masyarakat pribumi pada masa
pemerintahan Jepang.
Tokoh aku menceritakan keadaan masyarakat
Indonesia khususnya para perawan remaja. Keadaan yang tergambar dalam novel Perawan
Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer merupakan
kisah pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia tepatnya di pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Jepang pada
Maret, 1942-Agustus 1945. Pada masa itu para perawan remaja dan masyarakat
pribumi mendapatkan janji dari Jepang bahwa perawan remaja akan di sekolahkan
di luar negeri. Pengumuman yang dibuat oleh pemerintah Jepang hanya sebagai
janji palsu.
Pada masa pemerintahan Jepang para remaja
diangkut ke luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya agar mereka dapat memimpin
negara Indonesia ketika merdeka. Para remaja mengalami penyiksaan yang membuat
mereka menderita. Para remaja dijadikan pemuas seks. Mereka dipaksa untuk melayani para
serdadu, bahkan tidak jarang mereka terkena penyakit yang sangat serius dan
akhirnya mati. Selama berada dalam cengkeraman Jepang para perawan tidak
diperbolehkan untuk keluar bahkan mereka tidak diperbolehkan menemui keluarganya.
Banyak perawan yang berharap untuk keluar dari cengkeraman Jepang tersebut, tetapi itu hanyalah
sebuah mimpi. Para perawan mengalami permasalahan hidup yang sangat
menyakitkan selain rasa sakit, pelecehan seksual, terkucilkan, mereka juga mendapatkan
penyiksaan yang sangat membuat mereka menderita. Selain itu para perawan tidak
mendapatkan janji yang diberikan oleh Jepang karena mereka tidak pernah belajar
sebagaimana yang dijanjikan. Penindasan yang dialami remaja pada masa
penjajahan Jepang sangat menyakitkan.
Salah satu
perawan yang tertipu oleh Jepang bernama Sumiati. Sumiati bercerita kepada tokoh si aku, bahwasanya
mereka
diangkut menggunakan kapal dengan tujuan
hendak belajar ke luar negeri. Di tengah perjalanan menuju luar negeri mereka diturunkan
di sebuah wilayah di Kepulauan
Buru. Para perawan remaja ditaruh di sebuah rumah, sehari dua hari mereka
diberi fasilitas layaknya asrama, dan petunjuk kesehatan. Selama itu para
perawan remaja tidak merasa curiga dengan keadaan itu. Setelah seminggu para
perawan remaja tinggal di sana, baru mereka menyadari bahwa mereka ditipu.
Mereka tidak disekolahkan seperti yang diumumkan, melainkan mereka dijadikan
pemuas seks para serdadu Jepang. Tidak ada pilihan untuk melawan para serdadu,
mereka hanya bisa menyerahkan diri dan tunduk kepada para serdadu.
Lalu
pantaskah perempuan diperlakukan selayaknya bukan seperti manusia, yakni
ditipu, ditindas, dijadikan objek kekerasan, dan parahnya dijadikan budak seks.
Remaja-remaja yang seharusnya berpakaian rapi, siap untuk menuntut ilmu, tetapi
malah ditipu dengan janji manis Jepang yang akan memberikan pendidikan yang
layak. Nyatanya mereka dijadikan budak seksual.
Novel Perawam Remaja dalam
Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer dapat disimpulkan tidak
hanya saling berinteraksi sebagai makhluk sosial manusia juga diharapkan dapat
saling membantu jika dibutuhkan. Perempuan adalah objek kesenangan bagi kaum
laki-laki, satu di antaranya dijadikan sebagai istri yang sah dan dengan cara
yang baik pula. Tidak seperti yang dilakukan oleh serdadu Jepang, yang hanya
memikirkan kepuasannya sendiri tanpa memikirkan perempuan yang dijadikan objek
pemuasnya. Perempuan juga memiliki hak yang sama, jadi tidak pantas jika
perempuan selalu dianggap lemah dan harus tunduk terhadap kaum laki-laki.
Perempuan juga berhak menyuarakan pendapatnya dan juga berhak memberontak jika
diperlakukan tidak adil. Tidak seperti apa yang dialami oleh para remaja di
dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer, yang tertipu
dijanjikan pendidikan yang layak tetpi malah dijadikan budak seksual dan
mengalami kekerasan.
Novel Perawan
Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di perguruan tinggi, salah satunya
bisa dijadikan objek kajan mata kuliah kritik sastra. Selain itu, novel ini
juga bisa dijadikan sebagai
materi pembelajaran sastra mengenai novel sesuai kurikulum 2013 diajarkan untuk
kelas XII SMA khususnya pada materi menganalisis teks novel melalui tulisan. Secara keseluruhan, novel ini sangat bagus untuk dibaca, selain itu
juga bisa menambah pengetahuan mengenai sejarah Indonesia masa penjajahan
Jepang.
Komentar
Posting Komentar